
Oleh : Hendrajid Putut Widagdo
Kasubdit Masyarakat Perdesaan Direktorat Pemberdayaan Alternatif Deputi Bidang Dayamas BNN
Kemarin kita baru peringati kemerdekaan RI yang ke-73, banyak capaian bangsa mengisi kemerdekaan ini yang membanggakan, dari mulai geliat mengikuti demokrasi, sarana prasarana jalan & fasilitas publik yang sudah diperhatikan dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas hingga pulau Rote. Belum lagi angka-angka capaian yang menunjukkan bangsa kita terlihat benar-benar merdeka dari tahun ke tahun.
Namun tetap saja kita dalam penjajahan versi lainnya setelah kita lawan secara fisik penjajah dari luar (Belanda, Jepang, Inggris dan Portugis) dan gangguan keamanan dari dalam (OPM, GPK, teroris), yaitu sindikasi & kartel Narkoba yang menjadikan pangsa pasar, dimanapun berada menjadi wilayah jajahannya, jadilah kita dijajah oleh penjajah tanpa wajah narkoba. Penjajahan narkoba tidak mengenal usia, tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, tidak mengenal semua perbedaan (suku, agama, ras, partai dll)
Negara kita dari tahun ke tahun menghadapi penjajah tanpa wajah seperti tak habis-habis. Dari jenis narkobanya mulai dari tanaman hingga buatan (sintetis dan semi sintetis), dari mulai sindikat penyelundupan, peredaran gelap, produksi gelap, kultivasi hingga penyalahgunaan. Dari mulai kartel yang mengendalikan aparat berwajib di jalanan, tempat hiburan, di pengadilan, di penjara, di pabean, di tempat rehabilitasi, di terminal barang dan orang, di bandara dan di pelabuhan.
Beragama senjata, teknologi & amunisi yang sudah kita gunakan untuk melawan mereka, mulai dari yang tercanggih melalui penyadapan, pengendusan dengan K-9, identifikasi gerak gerik mencurigakan di bandara, pistol dan senjata petugas yang lebih canggih dari polisi dan tentara,
Intelijen dan informasi update dari masyarakat melalui call center dan media sosial hingga informasi dari mitra interpol kita di Cina, DEA (USA), AFP (Australia) dan lainnya.
Tidak hanya itu, pejuang-pejuang kita dari mulai intelijen yang terus bekerja tak kenal lelah siang malam meninggalkan keluarga, menanggalkan rakus harta yang dirayukan oleh sindikat, beradu argumen pasal-pasal hukum undang-undang narkotika, fasilitas mewah dengan harga wah para napi narkoba, hingga harus bertaruh nyawa kontak senjata dengan sindikat di darat, laut & udara dengan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemenjaraan hingga mengeksekusi mati.
Petugas penyuluh narkoba yang menyasar hingga pulau-pulau kecil, wilayah terpencil, masuk keluar hutan bagi wilayah tepi hutan dan perbatasan berlomba dengan sindikat & kurir narkoba mencari pangsa pasar narkoba. Lihat pula pegiat anti narkoba, yang terus menerus membuat proses keberdayaan masyarakat dari mulai keluarga, lingkungan sekolah, kampus, lingkungan kerja pemerintah, lingkungan kerja swasta, di masyarakat hingga masuk ke lokasi-lokasi rawan dimana di sana sarang narkoba bercokol bertahun-tahun untuk diubah dengan ketegaran, keberanian & kesabaran yang tinggi melalui penyadaran, pembangkitan, kepedulian & gerakan nyata masyarakat melawan sindikasi narkoba.
Pejuang kita yang lain, para konsuler, perawat, dokter, pendamping korban narkoba dan keluarganya terus menerus mengeksplorasi kesabaran dan kejelian mereka akan sifat-sifat maladaptif pecandu yang terus menerus “bersandiwara” mengelabuhi petugas, melalui pembentukan karakter yang tak kenal lelah dari mulai proses penghilangan racun narkoba (detoxifikasi), terapi medis, terapi sosial, pendampingan hingga pasca rehab.
Pejuang kita lainnya, para petugas di call center yang 24 jam bekerja yang tak kenal kantuk dan lelah demi NKRI dan selamatnya generasi bangsa di indonesia, menerima laporan masyarakat yang tak lelah-lelah peduli menyelamatkan diri, keluaraga dan lingkungannya dari ancaman sindikasi narkoba, dari semangat pecandu dan keluarganya yang ingin direhab dan pencerdasan masyarakat lainnya. Begitu juga dengan pejuang kita di laboratorium uji narkoba yang terus mengendus, mengidentifikasi dari 803 NPS dunia mana saja yang telah masuk ke indonesia. Kemudian yang tak kalah penting, mereka yang membentuk karakter pegawai di BNN dan masyarakat luas bagaimana membentuk karakter super sabar, super tanggap, super cerdas dari pejuang yang melawan penjajah tanpa wajah dan sindikasinya.
Perjuangan belum selesai dan selalui dimulai, itulah semangat melawan penjajah tanpa wajah narkoba. selalu ada jaringan dan sel baru dalam mafia & kartel narkoba. Selalu ada regenerasi pecandu baru, kurir baru, bandar baru, penyelundup baru, penyuap aparat hukum baru, penanam ganja baru, dan lainnya. Selalu ada jenis narkotika baru mulai serbuk, cair dan padat. Selalu ada pengkhianat-pengkhianat bangsa yang terus disusupkan di tengah tengah perjuangan melawan mereka.
Hari ini ada 72 sindikat narkoba, dengan omzet diestimasikan Rp 72 triliun atau tepatnya Rp 64 omzet setelah dihitung BNN & PPATK. Dari dana tersebut 10% (Rp 640 miliar) dana tersebut digunakan untuk regenerasi sindikasi baru (pecandu, kurir, bandar dll). Mereka menyasar lebih kurang 650 titik kampung rawan narkoba, menyelundup lebih kurang di 12.827 desa tepi pantai yang menjadi potensi rawan pelabuhan tikus menyelundupkan narkoba. ribuan tempat hiburan & hiburan malam sebagai pasar narkoba (misal di DKI Jakarta saja jumlah diskotik yang berijin 515 diskotik).
Sindikasi menggunakan pintu masuk negara, provinsi, kabupaten & kota melalui 141 pelabuhan, 290 bandara, 113 terminal barang, 447 penjara, 94 jalur sungai, 30 pegunungan, 127 gunung di 69.779 desa, 7.024 kota kecil (kecamatan) dan 515 kota besar (kabupaten dan provinsi) dan menggunakan jalur sejauh 3.093 km di perbatasan-perbatasan darat antar negara.
Para penjajah tanpa wajah dan sindikasinya ini menganggu keamanan di negara kita yang 73 tahun merdeka dengan membuat ulah kejahatan (2017-Juli 2018) dengan 46.537 kasus, 58.365 tersangka, BB sabu 7,81 ton (dengan potensi korban 7,81 milyar korban), BB Ganja 151,51 ton, BB extacy 3.158.274 butir, 71 NPS dan ribuan bahan berbahaya dan prekursor yang terus kita endus dan kita sita untuk mencegah penyalahgunaannya.
Kita tidak diam dan kita akan terus lawan. Penjajah narkoba selalu ada dan sindikasinya terbarukan dan dana mereka tak terbatas. Kita lawan mereka kita tembak mati mereka 79 orang, kita penjarakan mereka 160.000 orang, kita putus hukum mati mereka 82 orang, kita sita uang mereka 105,107 milyar dengan 27 kasus TPPU dan 34 tersangka. Kita cerdaskan mereka lebih dari 2,5 juta orang & 9.850 relawan dengan sosialisasi bidang pencegahan dan lebih dari 54,133 juta penonton di media. Kita giatkan mereka melakukan pemberdayaan P4GN sebanyak 371.186 orang. Kita telah rehab dan pasca rehab pecandu sebanyak 26.853 orang kita sita lahan ganja di wilayah hutan dan lainnya seluas 590 hektar dengan potensi ganja 944 ton yang digagalkan dipanen.
Hari ini Indonesia boleh 73 tahun merdeka, namun kita tetap anggap negara ini darurat narkoba. Kita akan terus bekerja dan bekerja dengan semangat ikhlas untuk peduli, semangat kerja cerdas untuk bangkit dari kata menyerah, semangat bekerja keras untuk terus menyatukan dan menggerakkan pemerintah dan komponen bangsa tanggap darurat narkoba nasional dan semangat berkerja tuntas untuk memberdayakan bangsa menumbuhkembangkan kekuatan dan potensi diri melalui P4GN. Mari terus gelorakan Mars BNN sebagai motor penggerak semangat kita.
narkoba adalah musuh negara
musuh rakyat musuh kita semua
mari kita perangi marilah kita basmi
sampai ke akar-akarnya
jadikan indonesia negara, yang bebas dari jeratan narkoba,
jadikan indonesia bangsa yang sehat cerdas berakhlak mulia maju dan jaya
bangunlah bangsaku bangunlah rakyat raihlah masa depan ceria
satukanlah visi satukanlah misi perangi dan hancurkan narkoba
bersama kita bisa
perangi sekarang juga bersama BNN.
semoga memacu semangat kita mengisi kemerdekaan. STOP Narkoba